27 November 2009

ketika ku memikirkannya..

hari-hari terus berlalu dgn cepat..
seakan tak memberiku kesempatan untuk memikirkannya..
setelah sekian lama ku tak ingin memikirkannya..
bahkan berusaha untuk melupakannya..
namun kuheran mengapa bayangannya kembali ke benak ku..

ku tak tahu apa yg harus kulakukan..
bolehkah ku berharap.. bolehkah ku berangan..
akan sesuatu yg tak pasti..
akan sesuatu yg tak jelas..
namun ku tak ingin menyerah sebelum ada kepastian ttg dirinya..
salah kah aku jika seperti itu..
ataukah ku harus memilih untuk menyerah..
membiarkan waktu ini terus berjalan..
tanpa sesaatpun memberikanku kesempatan untuk memikirkannya..

kuserahkan semuanya kpd Yang Berkuasa tuk mengatur semuanya..
kuharap jika apa yg saat ini kulakukan salah,
ku dapat berhenti memikirkannya, bahkan melupakannya..
tolong berikanku kepastian mengenai hal ini..
supaya ak tak salah melangkah..
dan tak menghabiskan waktuku untuk sesuatu yg pada akhirnya akan sia-sia..

17 November 2009

Kejujuran membawa berkat

Kisah yang menarik dimana tetap mempertahankan prinsip menjadi orang baik dan harapan. David kuliah di fakultas

perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya, terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya

dari orang tuanya. Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.

Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja.

David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping

uang logam itu, ke dalam telepon.

"Halo, apa kabar?" telpon telah tersambung, ibu David yang berada ribuan km jauhnya berbicara.

David dengan nada agak terisak berkata: "Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan."

Ibu David berkata: "Anakku tersayang, mama tahu."

"Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim uang?" David baru saja hendak melontarkan dengan penuh

kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu, mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung

sebuah kesedihan yang mendalam. Firasat David mengatakan ada yang tidak beres, ia cepat-cepat bertanya,

"Mama, apa yang telah terjadi di rumah?"

Ibu David berkata, "Anakku, papamu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini, tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan,

bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya, sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus.

Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang lagi, Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu, tetapi kamu sudah dewasa, sudah saatnya mencari nafkah sendiri."

Ibu David berbicara sampai disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan. Di ujung telepon lainnya, air mata David juga "tes", "tes" tak hentinya menetes, dan ia berpikir Kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung.

David berkata kepada ibunya, "Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan menghidupi kalian."

Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi, semester kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang, barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa

liburan untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop out.

Pada detik ketika David mengatakan "Sampai jumpa" kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu, sungguh luar biasa menyakitkan, karena prestasi kuliahnya sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di kampus fakultas perdagangan Arlington tersebut.

Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telpon umum tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, David dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping dollar menggerojok keluar dari alat itu.

David berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut.

Sekarang, terhadap uang-uang itu, bagaimana menyikapinya? Hati David masih merasa sangsi, diambil untuk diri sendiri, 100% boleh,

pertama: karena tidak ada yang tahu, ke dua: dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan.

Namun setelah bolak-balik dipertimbangkan, David merasa tidak patut memilikinya. Setelah melalui sebuah pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan salah satu keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum perusahaan telepon.

Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan umum berkata, "Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu harus segera dikembalikan (ke dalam mesin telepon)."

Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus memuntahkannya kembali. Sekali lagi David menelepon, dan petugas pelayanan umum yang berkata,

"Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya sekarang minta petunjuk atasan."

Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas

pelayanan umum sangat dapat merasakannya, menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu.

Tak lama kemudian, nona petugas pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang sedang bermasalah itu. Dia berkata kepada David, "Saya telah memperoleh ijin dari atasan yang berkata uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar khusus mengirim petugas ke sana."

"Hore!", David meloncat saking gembiranya. Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya.

David membungkukkan badannya dan dengan seksama nenghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen.

Uang sejumlah ini cukup buat David bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum terus sepanjang jalan. Iamemutuskan membeli makanan dengan menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket.

Pada hari tersebut, David menjumpai boss perusahaan supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan. Si boss supermarket memberitahu David boleh dating bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja, sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung, karena boss supermarket merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama adalah orang yang seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya. David bekerja dengan sangat giat, boss sangat

mengapresiasinya dan juga merasa kasihan. Si boss memberinya upah dobel.

Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David sudah

mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea siswa untuk satu semester berikutnya. Sesudah 1 bulan,

uang dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam suratnya:

"Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan."

Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi. David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.

Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David membuka sebuah perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi laba US $ 100.000. Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian di telepon umum. Ia menulis surat kepada

perusahaan telepon tersebut:

"Hal yang tak bisa saya lupakan untuk selamanya ialah, perusahaan anda secara tak terduga telah membantu dana

US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat tidak melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai

uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US $ 10.000 kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih saya."

Boss perusahaan telpon bernama Bill membalasnya dengan surat yang dipenuhi antusiasme:

"Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang

yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada $9,50 yang dikembalikan dengan $10.000,

melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan."

So, di saat-saat paling sulit,

Pertama : Jangan melupakan harapan sudah ada di depan mata.

Kedua: Jangan lupa menjaga moralitas.

Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David? Di kota Chicago, Amerika, terdapat sebuah gedung mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah bilik telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC.

Pendiri perusahaan ADDC, Presiden Direkturnya ialah David, selain itu juga David adalah salah satu penyumbang terbesar untuk badan amal.

12 November 2009

kejenuhan dalam pelayanan

jenuh. 1 kata yg mungkin pernah dialami oleh seseorang yg sudah terlibat dalam pelayanan utk wkt yg cukup lama.

kenapa bisa jenuh? dr cerita2 n pengalaman yg bisa ak simpulkan.. biasanya krn pelayanan itu tidak lagi menjadi kesukaan tp sudah menjadi sebuah rutinitas, atau bisa jg kebiasaan.. sudah biasa hr minggu pergi pagi pulang sore/malam utk pelayanan.. klo ga gtu ga kyk hr minggu..
tp apa sikap spt benar? tentu tidak.. pelayanan itu bukan sebuah beban yg memberatkan kita.. tp merupakan salah satu bentuk cinta kita sama Tuhan..

ak sdr pernah bbrp kli mengalami jenuh saat pelayanan dan pernah jg berusaha 'kabur' dr pelayanan. tp ternyata ga bisa kabur jg.. selalu kembali lagi. hehe.
gmn cara ngatasinnya? hm.. sbnrnya hanya diri kita yg dpt menjawabnya.. cuma yg mgk bisa ak bagikan ada bbrp hal, semoga bisa memberikan sedikit pencerahan.. :D
pertama, coba renungkan lagi utk apa kita melayani Tuhan.. apakah kita melayani Tuhan sudah atas dasar krn kita mencintai Dia...
kedua, renungkan jg, apakah kita sudah berada pada ladang yg benar yg memang sudah Tuhan tetapkan utk kita.. misalnya.. klo Tuhan sbnrnya ingin menempatkan kita di remaja/pemuda tp selama ini kita terus melayani di skolah minggu.. rasanya bisa dipastikan kita akan cepat jenuh.
ak sendiri, saat ini sudah cukup yakin dgn pelayananku di skolah minggu.. ak pernah tulis di salah satu buku sate ku.. krn suatu hal (ak lupa apa tepatnya), ak jd semakin cinta sama anak2.. jd bener2 pengen mengenalkan Tuhan yg luar biasa itu kpd anak2.. ingin spy anak2 boleh mengenal Tuhan yg benar dgn cara yg benar sedari mrk kecil.. dan kalau sudah melihat anak2 yg masih polos itu sungguh2 berdoa n menyembah Tuhan.. wow.. kadang suka iri jg. mrk bisa dgn gampangnya melakukan hal tsb.. smentara org dewasa rasanya lbh sering terfokus pada masalah..
sekali lagi.. ini tentang ak.. bagaimana dgn Anda? silahkan cari tau sendiri apa yg menjadi bagianmu.. =)

mgk saran di atas ga terlalu byk membantu.. tp yg pasti.. just enjoy ur ministry.. selalu berikan yg terbaik, anggap saja spt itu adalah kesempatan terakhir bagi kita utk bisa melayani Tuhan.. Gbu =)


nb: klo ada yg lg jenuh.. jenuhnya jgn terlalu lama.. ntar keburu ketinggalan. ^^